Jumat, 28 November 2008

Proses terjadinya batubara


Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangat panjang. Beberapa ahli sejarah yakin bahwa batubara pertama kali digunakan secara komersial di Cina. Ada laporan yang menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina menyediakan batu bara untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang logam sekitar tahun 1000 SM. Bahkan petunjuk paling awal tentang batubara ternyata berasal dari filsuf dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang menyebutkan adanya arang seperti batu. Abu batu bara yang ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa Romawi di Inggris juga menunjukkan bahwa batubara telah digunakan oleh bangsa Romawi pada tahun 400 SM. 

Catatan sejarah dari Abad Pertengahan memberikan bukti pertama penambangan batu bara di Eropa, bahkan suatu perdagangan internasional batu bara laut dari lapisan batu bara yang tersingkap di pantai Inggris dikumpulkan dan diekspor ke Belgia. Selama Revolusi Industri pada abad 18 dan 19, kebutuhan akan batubara amat mendesak. Penemuan revolusional mesin uap oleh James Watt, yang dipatenkan pada tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan penggunaan batu bara. Oleh karena itu, riwayat penambangan dan penggunaan batu bara tidak dapat dilepaskan dari sejarah Revolusi Industri, terutama terkait dengan produksi besi dan baja, transportasi kereta api dan kapal uap. 

Namun tingkat penggunaan batubara sebagai sumber energi primer mulai berkurang seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian minyak. Dan akhirnya, sejak tahun 1960 minyak menempati posisi paling atas sebagai sumber energi primer menggantikan batubara. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa batubara akhirnya tidak berperan sama sekali sebagai salah satu sumber energi primer. 

Krisis minyak pada tahun 1973 menyadarkan banyak pihak bahwa ketergantungan yang berlebihan pada salah satu sumber energi primer, dalam hal ini minyak, akan menyulitkan upaya pemenuhan pasokan energi yang kontinyu. Selain itu, labilnya kondisi keamanan di Timur Tengah yang merupakan produsen minyak terbesar juga sangat berpengaruh pada fluktuasi harga maupun stabilitas pasokan. Keadaan inilah yang kemudian mengembalikan pamor batubara sebagai alternatif sumber energi primer, disamping faktor ・faktor berikut ini: 



Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas.

Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara. Dengan asumsi tingkat produksi pada tahun 2004 yaitu sekitar 4.63 milyar ton per tahun untuk produksi batubara keras (hard coal) dan 879 juta ton per tahun untuk batubara muda (brown coal), maka cadangan batubara diperkirakan dapat bertahan hingga 164 tahun. Sebaliknya, dengan tingkat produksi pada saat ini, minyak diperkirakan akan habis dalam waktu 41 tahun, sedangkan gas adalah 67 tahun. Disamping itu, sebaran cadangannya pun terbatas, dimana 68% cadangan minyak dan 67% cadangan gas dunia terkonsentrasi di Timur Tengah dan Rusia.
Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.

Berdasarkan data dari BP Statistical Review of Energy 2004, pada tahun 2003, 8 besar negara ・negara dengan cadangan batubara terbanyak adalah Amerika Serikat, Rusia, China, India, Australia, Jerman, Afrika Selatan, dan 
Ukraina.
Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.

Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.

Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.

Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.

Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.

Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.

Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Melihat pemaparan di atas, dapat dimengerti bahwa peranan batubara dalam penyediaan kebutuhan energi sangatlah penting. Disini penulis tidak akan membahas lebih jauh tentang hal tersebut, tapi akan mengenalkan tentang batubara dan parameter umum yang menjadi penilaian kualitas batubara.


Pembentukan Batubara


Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).

Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).

Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) --dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.


Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.


Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing --masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pembatubaraan,maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah --disebut pula batubara bermutu rendah-- seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar. 

Suku Dayak


Dayak atau Daya adalah suku-suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi adalah yang memiliki budaya terestrial (daratan, bukan budaya maritim). Sebutan ini adalah sebutan umum karena orang Daya terdiri dari beragam budaya dan bahasa. Dalam arti sempit, Dayak hanya mengacu kepada suku Ngaju (rumpun Ot Danum) di Kalimantan Tengah, sedangkan arti yang luas suku Dayak terdiri atas 6 rumpun suku. Suku Bukit di Kalimantan Selatan dan Rumpun Iban diperkirakan merupakan suku Dayak yang menyeberang dari pulau Sumatera. Sedangkan suku Maloh di Kalimantan Barat perkirakan merupakan suku Dayak yang datang dari pulau Sulawesi. Penduduk Madagaskar menggunakan bahasa yang mirip dengan bahasa Maanyan, salah satu bahasa Dayak (Rumpun Barito).

Sejarah

Ada banyak pendapat tentang asal-usul orang Daya. Sejauh ini belum ada yang sungguh memuaskan. Pandapat umumnya menempatkan orang Dayak sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Gagasan (penduduk asli) ini didasarkan pada teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi.

Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun yang lalu tepatnya pada periode Interglasial-Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi kelompok suku semi nomaden (tergolong manusia moderen, Homo sapiens ras Mongoloid). Penggalian arkeologis di Niah-Serawak, Madai dan Baturong-Sabah membuktikan bahwa kelompok ini sudah menggunakan alat-alat dari batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka juga sudah mengenal teknologi api. Kelompok ketiga datang kurang lebih 5000 tahun silam. Mereka ini berasal dari daratan Asia dan tergolong dalam ras Mongoloid juga. Kelompok ini sudah hidup menetap dalam satu komunitas rumah komunal (rumah panjang?) dan mengenal tekhnik pertanian lahan kering (berladang). Gelombang migrasi itu masih terus berlanjut hingga abad 21 ini. Teori ini sekaligus menjelaskan mengapa orang Dayak memiliki begitu banyak varian baik dalam bahasa maupun karakteristik budaya.


Dayak pada masa kini

Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni Kenyah-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-rumpun. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-rumpun, kelompok suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak); pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari. Perkampungan Dayak biasanya disebut lewu/lebu, sedangkan perkampungan kelompok suku-suku Melayu disebut benua/banua. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda, tetapi di daerah perkampungan suku-suku Melayu tidak ada sistem kepemimpinan adat kecuali raja-raja lokal.

Menurut Prof. Lambut dari Univesitas Lambung Mangkurat, secara rasial, manusia Dayak dapat dikelompokkan menjadi :
Dayak Mongoloid
Dayak Malayunoid
Dayak Autrolo-Melanosoid
Dayak Heteronoid

Senjata Sukubangsa Dayak

Sipet / Sumpitan. Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 - 2,5 meter, ditengah-tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ - ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak sumpitan (Damek). Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak sumpitan.
Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.
Mandau. Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
Dohong. Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.

Totok Bakakak (kode) yang umum dimengerti Sukubangsa Dayak

Mengirim tombak yang telah di ikat rotan merah (telah dijernang) berarti menyatakan perang, dalam bahasa Dayak Ngaju "Asang".
Mengirim sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah seorang gadis yang ada dalam rumah yang dikirimi sirih dan pinang.
Mengirim seligi (salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam bahaya.
Mengirim tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur) berarti mohon bantuan sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku akan mendapat bahaya.
Mengirim Abu, berarti ada rumah terbakar.
Mengirim air dalam seruas bambu berarti ada keluarga yang telah mati tenggelam, harap lekas datang. Bila ada sanak keluarga yang meninggal karena tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka kepada sanak keluarga, nama korban tidak disebutkan.
Mengirim cawat yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota keluarga yang telah tua meninggal dunia.
Mengirim telor ayam, artinya ada orang datang dari jauh untuk menjual belanga, tempayan tajau.
Daun sawang/jenjuang yang digaris (Cacak Burung) dan digantung didepan rumah, hal ini menunjukan bahwa dilarang naik/memasuki rumah tersebut karena adanya pantangan adat.
Bila ditemukan pohon buah-buahan seperti misalnya langsat, rambutan, dsb, didekat batangnya ditemukan seligi dan digaris dengan kapur, berarti dilarang mengambil atau memetik buah yang ada dipohon itu.

Tradisi Penguburan

Tradisi penguburan dan upacara adat kematian pada suku bangsa Dayak diatur tegas dalam hukum adat. Sistem penguburan beragam sejalan dengan sejarah panjang kedatangan manusia di Kalimantan. Dalam sejarahnya terdapat tiga budaya penguburan di Kalimantan :
penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi kerangka dilipat.
penguburan di dalam peti batu (dolmen)
penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini merupakan sistem penguburan yang terakhir berkembang.

Pada umumnya terdapat dua tahapan penguburan:
penguburan tahap pertama (primer)
penguburan tahap kedua (sekunder).

Penguburan sekunder

Penguburan sekunder tidak lagi dilakukan di goa. Di hulu sungai Bahau dan cabang-cabangnya di Kecamatan Pujungan, Malinau, Kaltim, banyak dijumpai kuburan tempayan-dolmen yang merupakan peninggalan megalitik. Perkembangan terakhir, penguburan dengan menggunakan peti mati (lungun) yang ditempatkan di atas tiang atau dalam bangunan kecil dengan posisi ke arah matahari terbit.

Masyarakat Dayak Ngaju mengenal tiga cara penguburan, yakni :
dikubur dalam tanah
diletakkan di pohon besar
dikremasi dalam upacara tiwah.

Prosesi penguburan sekunder

Prosesi penguburan sekunder
Tiwah adalah prosesi penguburan sekunder pada penganut Kaharingan, sebagai simbol pelepasan arwah menuju lewu tatau (alam kelanggengan) yang dilaksanakan setahun atau beberapa tahun setelah penguburan pertama di dalam tanah.
Ijambe adalah prosesi penguburan sekunder pada Dayak Maanyan. Belulang dibakar menjadi abu dan ditempatkan dalam satu wadah.
wara
marabia
mambatur (Dayak Maanyan)
kwangkai (Dayak Benuaq)

Kamis, 27 November 2008

sumpah, (bukan) Pemuda !


Jangan salahkan pemuda dong, jika dalam hati kami tidak muncul semangat nasionalisme tindakan. Sementara kami terus-menerus diteriaki, dimaki-maki dan dicaci di mana-mana. Bukannya kami diberi contoh yang baik-baik dan diajari bagaimana nilai-nilai nasionalisme itu bisa bergetar di hati kami.

Kami para pemuda bukannya tidak tahu akan adanya sumpah pemuda yang dulu diteriakkan oleh para patriotisme jadul. Kami pun tahu itu, bahkan kami hafal 100% kalimat-demi-kalimatnya.
PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.

Setiap hari ini (28 Oktober) setiap tahun kami hafal bahwa ini hari peringatan para pemuda. Bahwa zaman dahulu (28 Oktober 1928) ada banyak pemuda yang berkorban demi membela kesatuan bangsa dan negara. Patriotisme itu benar-benar terpatri dalam dada kami. Jangan ragukan itu!

Tapi entah kenapa, semua itu menjadi monumental saja. Pahatan dan sayatan peristiwa demi peristiwa kepatriotismean zaman dahulu itu hanya terekam lengkap dalam museum, baliho, diorama dan di berbagai media perekaman. Kami tinggal melihat, membaca dan mendengar semua peristiwa itu. Bahkan jika kami menulis ini, dan ikut upacara kesetiaan, kami dianggap sudah menjadi pemuda yang memiliki nasionalisme dan patriotisme?

Patriotisme belaka benar-benar sudah mematri dalam hati kami. Jangan ragukan itu. Buktinya kami menuntut para tetua, yang kini tengah menikmati hasil perjuangan pemuda zaman dulu. Namun kami tidak diberi contoh bagaimana dengan patriotisme tindakan, nasionalisme yang bisa mewujud dalam setiap aksi sosial kebangsaan.

Contoh-contoh baik sebagai bukti patriotisme tindakan dari para orang tua benar-benar tenggelam di dalam hiruk-pikuk kepentingan: Politik, ideologi, egoisme paham, egoisme partai, dan egoisme madzhab. Belum lagi virus “fatamorgana” dalam bentuk entertainment benar-benar merenggut jiwa muda kami.

Kami bertanya, siapa pemberi fasilitas itu, kami hanya menikmati karena diberi; Siapa yang mengajari kami untuk berhura-hura, korupsi, dan bergaul bebas? kami diberi fasilitas, dan didorong terus untuk melakukan itu dari berbagai tayangan, contoh-contoh di media dan kehebatan bersilat lidah dari para tetua.

Jadi jangan salahkan kami, jika kami tidak menemukan contoh patriotisme tindakan, jika para tetua uncang-uncang kaki dan bersenda gurau dengan seusianya. Sementara teman-teman kami yang telah mengharumkan nama Indonesia tercinta baik di kancah tulisan, iptek maupun olahraga dan bidang lainnya. Tapi tetap saja kami tidak diakui sebagai pemuda harapan bangsa. Apa sih maunya para tetua????

Lalu apa makna sumpah pemuda yang didengungkan itu? diam-diam kami mengendus suara dari hati para tetua kami bahwa kami ini tidak diakui sebagai komponen penentu bangsa Indonesia alias bukan “pemuda” tapi si bocah yang layak dininabobokan, tak perlu tahu, belum tua belum boleh bicara, seolah kami dianggap menjadi komponen bangsa yang dihapus dalam memori mereka. Jika para tetua berbuat salah, masih bisa “nyengir²”. Sementara kami terus-menerus dicaci dan dicemooh giliran kami berbuat salah: sumpah kamu bukan pemuda Indonesia!

Aaarrghh…. !!!

kau lihat tebing itu
sajakku berdenting
sebelum kularungkan di sungai
menjadi endapan lumpur beku
duduklah di sisiku
sebelum malam dengan bengis
merenggut senja yang makin tipis
kau lihat sisa memerah
mengintip dari pucuk lembah
ingatlah akan sajakku di situ
yang belum sempat kubaca untukmu
pagi,19Nov07

Hidup sederhana sebagai pilihan


Wilfred Hoffman*, mantan Dubes Jerman di Aljazair dan Maroko
bercerita bahwa istrinya merasa “malu” setiap kali menghadiri acara
pesta kalangan diplomat atau para pejabat di kedua negara itu.
Pasalnya, istri Pak Hoffman tidak memiliki perhiasan dan baju yg
gemerlap, mahal dan mewah seperti yg biasa dikenakan para ibu-ibu
pejabat negara-negara Arab.

Kisah kecil yg diceritakan Wilfred Hoffman di atas menggambarkan
fenomena yg terasa ironis dan paradoks: seorang Dubes/diplomat dari
negara kaya yg hidup sederhana, dan di sisi lain, para dubes/diplomat
dari negara miskin yg hidup mewah dan glamor.Hidup mewah di kalangan pejabat, memang tidak hanya terwakili oleh
negara2 Arab saja, tetapi hampir bisa dilihat menjadi fenomena umum
di seluruh negara2 berkembang/miskin, tak terkecuali Indonesia.
Kenapa ini terjadi? Ada beberapa faktor yg memotivasi hal ini:

Pertama, faktor mental kuli. Negara2 berkembang rata2 baru 5 - 6
dekade menikmati kemerdekaan dari penjajah bule (plus Jepang bagi
Indonesia). Mental dari anak jajahan yg paling kental adalah perasaan
minder (inferiority complex) yg ekstrim yg untuk menutupinya adalah
dg cara hidup mewah dan berkesan kaya raya seperti gaya para penjajah
itu.

Kedua, mismanajemen negara. Karena baru bisa mendapat kesempatan
mengatur negara sendiri, maka kemampuan memanage negara juga kurang.
Keluar masuk uang negara juga kurang terdeteksi. Dan KKN juga menjadi
hal yg dianggap wajar dan malah terkadang “membanggakan”. Sama dg
pelacur yg “bangga” dg profesinya krn. telah berhasil mengangkat
taraf hidup layak keluarganya.

Ketiga, rata-rata para calon pejabat, termasuk kita-kita para
generasi muda ini, berasal dari keluarga miskin. Hidup miskin itu
tidak enak, dan jarang orang yg bisa “menikmati”-nya. Ciri khas orang
miskin umumnya selalu mimpi jadi kaya dg segala kemewahan yg ada di
dalamnya. Karena itu, ketika mendapat kesempatan menjabat posisi
basah, kita jadi ibarat singa lapar. Lapar memenuhi mimpi2 waktu muda
dg segala cara. Seperti ketika kita berpuasa dan makan sepuas2nya
ketika waktu berbuka sudah tiba.

Sekarang mari kita kembali pada Dubes Wilfred Hoffman. Dia dubes
negara maju, gajinya pasti besar. Tapi kenapa dia hidup sederhana?
Apakah dia tidak punya duit untuk menyenangkan istrinya? Atau apakah
dia terlalu pelit untuk hidup mewah dan glamor?

Jawabnya jelas, tidak. Dia hidup sederhana bukan karena tidak punya
duit. Tapi karena ia memang “sengaja memilih untuk hidup sederhana”.
Jadi hidup sederhana sebagai pilihan yg membanggakan, bukan sebagai
keterpaksaan. Dan mereka bangga dg kesederhanaan itu! Banyak kalangan
orang2 di negara2 maju (pejabat maupun pebisnis) yg memilih hidup
sederhana, krn. mereka merasa hidupnya menjadi lebih bermakna dan
bermanfaat: kelebihan uang mereka disalurkan untuk yayasan2 pemberi
beasiswa pada mahasiswa2 internasional, untuk orang2 miskin di
negara2 berkembang, untuk berbagai penelitian, dll.

Salah satu contohnya yg paling monumental adalah Albert Nobel.
Inventor dan pemilik lebih dari 300 hak paten berbagai penemuan
teknologi baru. Dia kaya raya. Tapi tak satupun hartanya dia wariskan
ke anaknya. Sebaliknya, ia tumpahkan seluruh harta kekayaannya untuk
Nobel Foundation, pemberi hadiah Nobel untuk para ilmuwan dunia yg
berhasil meraih prestasi gemilang di bidang masing2. Albert Nobel
sudah meninggal puluhan tahun lalu, tapi namanya selalu dikenang di
seluruh dunia sampai sekarang. Kuncinya, karena ia memilih hidup
sederhana.

Tulisan ini saya persembahkan buat siapa saja, khususnya pada rekan2
generasi muda seperti saya yg mungkin pada sepuluh tahun mendatang
sudah menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau menjadi pebisnis
besar. Kalau kita beruntung secara materi, pilihlah hidup sederhana
dan bangga dg kesederhanaan itu. Kalau kita kurang beruntung, mari
sama2 bekerja keras untuk menjadi beruntung.

Jadi, harap tidak salah paham. Saya bukan mengajak Anda untuk hidup
miskin seperti para sufi. Sebaliknya, saya malah mengajak Anda untuk
berusaha sekeras mungkin untuk menjadi kaya (dg cara yg halal
tentunya), tapi tetap menjaga dan memelihara gaya hidup sederhana,
bermartabat dan peduli pada yg membutuhkan. Have a nice day!

Bontang dalam gambar (1)

Badak Plant Dari

Cendela DAS

Kilang  NLG

Tanjung terminal


Kota bontang dari

pesawat DAS

Google Map

Bontang kuala, kota diatas laut

dilihat dari pswt DAS


Banpu Public Company Limited




adalah perusahaan konsersium raksasa dibidang coal mining dari Thailand yang beroperasi di wilayah asia

- Thailand

         Lampang

         Chiang Muan

- Coal Indonesia

        Indominco-Bontang

       Kitadin-Embalut

       Kitadin-Tandung Mayang

       Jorong

       Trubaindo

       Bharinto

 - Coal China

      Daning

      Hebi

      Gaohe

PT. Indominco Mandiri


PT. Indominco atau Indominco Mandiri (IMM)

adalah sebuah perusahaan pertambangan batubara yang berada di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Berdiri dan mulai beroperasi pada tahun 1997, disusul selesainya konveyor pelabuhan batubara Indominco pada tahun 1999. Perusahaan ini kini dimiliki secara penuh oleh Banpu, sebuah konsursium usaha asal Thailand.

Indominco Mandiri memiliki cadangan batubara total (sebelum ditambang) sebanyak 289, 7 juta ton sementara cadangan batubara yang tersisa kini mencapai 86 juta ton (perhitungan pada tanggal 31 Desember 2006). Jenis batubaranya adalah Bituminus, memiliki kandungan sulfurnya sebanyak 0,8%.

Indominco Mandiri kini mampu memproduksi batubara maksimal sebanyak 11 juta ton per tahun dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai sekitar 8 juta ton per tahun (2005) dan kurang lebih 9 juta ton per tahun (2006).

Pasar terkuat dan terbesar perusahaan Indominco Mandiri adalah perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan jasa kelistrikan yang terutama berada di negara Jepang, Korea, dan Taiwan.

Indominco Mandiri adalah perusahaan pertambangan di Indonesia yang wilayah aktivitas usahanya berada di dua wilayah kabupaten/kota. Areal tempat penambangannya berada di Kabupaten Kutai Timur, tapi tempat fasilitas pengolahan maupun produksi batubara berikut tempat pelabuhannya berada di kota Bontang.